Subyektivisme dan Fundamentalisme dalam Etika
Masalah
utama dengan berpikir etika auditing sebagai suatu alat yang membangun
penegtahuan etika dengan banyak gagasan tentang pengetahuan etika. Ada suatu
kepercayaan yang umum bahwa istilah
”etika ” tidak mempunyai isi nyata; etika itu hanya sesuatau yang sejauh etika
itu sendiri diperhatikan, kami masing-masing mempunyai pendapat yang subyektif;
yang mungkin didiktekan oleh perasaan atau kesadaran pribadi, dan ini semua
dapat dikatakan perihal etika. Alasdair MacIntyre telah mencirikan pendekatan
ini pada etika sebagai yang berhubungan dengan emosi (1983), dan telah
mendominasi aliran dari pemikiran filosifis dan umum untuk kebanyakan dari abad
ke 20 dari aliran positif logis pada
bentuk pasca modern tertentu. Pada konsep emosi dan penyelidikan etika adalah
tanpa makna.
Masalah
kedua dengan melihat etika auditing sebagai suatu bentuk pengethuan etika adalah mempercayai bahwa
jika pengetahuan etika adalah mungkin, kemudian hak itu merupakan pokok bahasan
untuk yang berhubungan dengan agama, atau metafisika, spekulasi, dan bukan
untuk metode penyelidikan yang empiris seperti etika auditing. Untuk beberapa
abad terakhir pengetahuan etika telah menjadi suatu hal dari kewenagan agama.
Lebih dari sekarang hal telah menjadi filosofi moral dimana, untuk kebanyakan
bagian, pengetahuan etika telah menjadi pencarian untuk fondasi metafisika (
Rothy,1991). Dalam kasus apapun
kasus melakukan penyelidikan empiris tentang bagaimana secara nyata kita hidup
dan bekerja yang mempunyai sesuatu apapun untuk mengatakan kepada kami tentang
bagaimana kita seharusnya hidup. Malahan kita perlu mengetahui tentang
bagaimana tentang hukum tipu daya, atau dari suatu teori filsafat, etika
auditing bukan saja mempunyai peran dalam kreasi dari pengetahuan etika, tetapi
hanya sebagai suatu alat untuk menemukan apakah perusahaan sekarang ini
menyetujui dengan resep dari kata doktrin katolik, atau teori etika kantian.
Penyelidikan teori Aristoteles
Dalam
20 tahun terakhir arus yang paling kuat dalam filosofi moral telah menjadi kebangkitan
kembali dari pendekatan dari teori aristoteteles pada etika yang mungkin
dipelopori oleh Elizabeth Anscombe
(1958). Tidak sama dengan aliran emosi dari penganut logika aliran prosedural
dari Rawls, atau penganut kemewahan, Etika teori Aritotelian diarahkan pada
suatu substantif, dan suatu rasa, tanggungjawab dari suatu tujuan hidup yang
baik (Taylor,1994; Putnan,1995; Salkever, 1990). Aristotelian mempertimbangkan
penyelidikan etika untuk kajian tentang apa yang mendasari menuju lebih baik
dan hidup manusia yang berhasil, kebaikan apa yang diperlukan untuk menuju
ragam hidup yang mungkin baik, dan bagaimana masyarakat seharusnya
distrukturkan sehingga hal itu memungkinkan untuk semua warga negara mendorong
hidup yang lebih baik. Ini adalah hal yang sangat banyak dari pengetahuan dan
untuk aristoteles, penyelidikan etika adalah mungkin, dan tentu saja mendasar
jika kita hidup lebih baik. Etika penganut Nicomache dan etika politik ini
adalah contoh baik dari penyelidikan etika semacam itu pada hidup yang lebih
baik dan masyarakat yang bernegara berturut-turut.
Pendekatan Aristotelian pada etika adalah
yang berhubungan dengan keagamaan; tindakan, kebiasaan dan kelembagaan politik
yang berharga sebanyak mereka menyumbangkan pada kemampuan kita untuk menghidupkan
hidup yang lebih baik. Ini berarti bahwa, satu dari tantanagn pendekatan aliran
Aristoteleian adalah bahwa hal itu memerlukan pembelaannya untuk memberikan
beberapa tanggungjawab dari unsur-unsur itu dimana terus membuat hidup yang
baik. Tanggungjawab yang terpisah-pisah dan tidak sistematis dari hal yang baik
adalah menyiratkan dimana-mana dalam budaya kita apakah dalam alur opera sabun,
atau retorika manifesto politik. Apakah dibutuhkan, dan apakah secara luas
kekurangan dalam budaya modern, adalah suatu tanggungjawab sistematis dari
manusia yang baik. Seperti penganut aliran aristoteleian membangkitkan kembali
dalam langkah filosofi, beberapa usaha yang telah sedang dibuat mengahsilkan
tanggungjawab semacam itu. Satu pendekatan yang telah menemukan beberapa
dukungan atau kemampuan dimana beberapa
masyarakat yang baik seharusnya mengarahkan untuk menawarkan anggotanya (Nussbaum dan Sen, 1993). Martha
Nussbaum telah menghasilkan suatu teori
”ketebalan yang samar-samar” tentang manusia yang baik berdasarkan pada
suatu daftar semacam itu (diringkas dalam lampiran). Akademi filsafat hanya
satu dari lembaga dimana kerja ini di langsungkan. Nussbaum juga merujuk pada
kerja dengan antropologis yang mengkaji tempat perempuan dalam masyarakat tradisional,
dan bagi usaha-usaha dari ahli statistik untuk menghasilkan kualitas yang
berarti dari indeks.
Tantangan
kedua seseorang menghadapi dalam pentingnya pendekatan Aristotelian pada
penyelidikan etika pada bidang kontemporer yang terkait pada konsepsi dari ilmu
pengetahuan alam ini. Pandangan dunia milik aristoteles menyatukan suatu
biologis metafisika dimana ilmu pengetahuan yang dihasilkan dengan ilmu
pengetahuan alam, maupun metodenya untuk penyelidikan dengan suatu lebih kurang
pendekatan Aristotelian pada etika yang diberikan oleh John Dewey, pendiri
pragmatis Amerika. Dan inspirasi untuk penulis yang berbeda dengan Richard
Rottty dan Jurgen Habermans. Bagi Dewey, etika seperty Sains, bukan akhirnya
suatu hal dari pendapat pribadi, tetapi suatu hal yang praktis, pengetahuan
eksperimental dan empiris ( Dewey, 1932; Campbell, 1995 ). Tujuan dari
penyelidikan etika adalah untuk
mendirikan dengan rinci investigasi empiris yang membuat bagi sesuatu kehidupan
yang baik dan apa yang mengahalangi suatu kehidupan semacam itu; bentuk apa
dari karakter yang mampu hidup berhasil bentuk apa dari organisasi sosial dari
organisasi yang jatuh pada kami.
Ketidakhadiran dari penyelidikan ini dalam dunia modern mempunyai konsekuensi
yang buruk. Seprti Dewey mengatakannya:
” Hal itu tidak mungkin untuk mengatakan
seberapa banyak perbudakan yang tidak perlu dalam dunia dalam kaitan dengan
konsepsi persoalan-persoalan moral yang dapat dimantapkan didalam kesadaran
atau sentimen manusia suatu bagian dari kajian
tetap dari kenyataan dan terapan dari pengetahuan khusus dalam industry
hukum dan politik. Dewey (1922)”.
Satu konsekuensi dari pendekatan teori
Aristotelian pada etika adalah bahwa penyelidikan etika tidak lagi hanya suatu hal dari introspeksi
diri, tetapi menjadi suatu usaha publik, seperti ilmu pengetahuan alam.
Pengetahuan alam dikerjakan secara kolektif dengan suatu masyarakat penyelidik.
Untuk disahihkan alasan, metode, bukti yang harus dibuka untuk penyelidikan yang lebih cermat, kritis
dan dapat direplikasikan. Seperty Dewey berpendapat, penyelidikan etika empiris
mungkin diharapkan untuk berproses dalam cara yang sama. Kebaikan dan praktek
dilihat dalam penyelidikan ilmiah yang tebaik yang mungkin diharapkan untuk
menjadi berharga pada penyelidikan etika: membuka ingatan, pengumpulan data
yang kaku, dokumentansi dari metode penelitian, formasi dan pengujian hipotesa,
bangunan teori, eksperimen, pertukaran data, skeptis sehat, kritis yang
konstruktif, bagian perburuhan dalam bidang keahlian, tinjauan teman sebaya,
mengembangkan dari pendapat dan perdebatan tetap dan sebagainya. Bukan karena
Dewey ataupun aliran Aristoteles kontemporer yang menyediakan model yang penuh
dari penyelidikan dari etika empiris. Tidak ada ruang yang dibuat siap untuk
kita mengikuti. Bagaimanapun mereka menawarkan jika hanya dalam garis besar
suatu pendekatan pada masalah etika kami
dimana baik berbeda pada seseorang yang ditawari dengan agama maupun kebanyakan
filosofi moral modern.
Kegiatan Komersial dan hidup yang baik
Sejauh ini ada beberapa persoalan tentang etika
dan penyelidikan etika secara umum, etika auditing jatuh dalam suatu bidang penyelidikan lebih khusus;
bagaimana kegiatan komersial berhubungan pada kehidupan yang baik. Pada tingkat
yang lebih besar dan lebih sedikit hal itu dikejar dibawah judul sama berbeda
dengan: ekonomi politik, etika bisnis, ekonomi, hukum bisnis, akuntansi, teori
manajemen, dan sosiologi industry. Sejak penerangan subyek itu telah
menghasilkan keuntungan dramatis secara kolektif dalam efisiensi dan kegiatan
komersial, dan telah mempunyai beberapa pengaruh yang luas sebagai dampak
kegiatan itu pada kemampuan orang untuk menghidupkan hidup yang baik.
Dari pengumpulan data pada bangunan pengetahuan
Hal penting pertama untuk membuat bahwa jika etika
auditing adalah untuk menciptakan pengetahuan etika tentang dampak dari
perusahaan-perusahaan pada kemampuan dari para pekerjanya, konsumen, masyarakat
dan pemegang saham lain untuk menuju pada kehidupan yang baik dan berjalan
dengan baik, hal itu harus menjadi lebih dibandingkan konsultasi pemegang saham
dan pengumpulan data. Seperti accounting keungan dan auditing, etika auditing
yang diproses dengan catatan dan ukuran unsur yang beragam dari perusahaan yang
praktis. Dalam penyelidikan etika
empiris pada hidup yang baik data semacam ini dikumpulkan harus ada. Tetapi
bagaimanapun, data empiris yang berguna adalah
hal itu hanya setengah kisah. Kehidupan yang lain, setengah yang
diperlukan jika etika auditing adalah untuk menciptakan pengetahuan etika,
adalah proses dari eksperimen dan bangunan teori.
Praktek
etika auditing sekarang ini menempatkan hal yang dapat dipertimbangkan yang
menekankan pada pengumpulan data, tetapi sangat sedikit pada analisis bangunan
teori dan pengujian eksperimen. Dari sudut pandang tentang etika auditing,
berarti bahwa proses audit – jika hal itu untuk meningkatkan suatu kumpulan
pengetahuan etika yang berguna-harus tidak hanya mengumpulkan informasi tentang
dampak pemegang saham, tetapi harus juga meletakan secara serius kreasi teori
tentang dampak itu dan mengembangkan metode untuk menguji teoti-teori itu.
Audit
perusahaan the body shop telah
diuraikan seperti membantu untuk menemukan suatu ukuran bisnis baru ( Body
shop, 1997,p.6). Ini adalah suatu yang berharga dan tujuan yang patut dipuji,
tetapi itu hanya bagian dari apa yang diperlukan. Metodologi etika audit mempersebahkan energy yang dapat dipertimbangkan dalam
mengukur pandangan pemegang saham tentang perusahaan, tetapi sedikit
memperhatikan untuk pengembangan dan pengujian teori.
Untuk
meletakan metodologi audit lebih lanjut kita perlu untuk mencari pengembangan
beberapa teori tentang apakah data ini mengatakan kepada kita tentang dampak
perusahaan body shop pada kemampuan
pemegang saham untuk menghidupkan hidup yang baik. Hal itu adalah pada dasar
pengetahuan etika yang bereputasi baik yang mewujudkan dalam teori seperti itu,
target cerdas itu atau langkah selanjutnya” dapat dirangkai (Silanpaa dan
Wheeler,1997,p.123; Body shop, 1997, p.1). Tentu saja target itu dapat secara
masuk akal dilihat sebagai pengujian eksperimen untuk teori, dan nilainya
diukur sebagai bagian dari putaran yang berikutnya dari proses audit. Dalam cara ini metodology mungkin mampu untuk
meningkatkan suatu kumpulan secara gradual dari pengetahuan etika yang sehat
tentang perusahaan body shop dan
hidup dari pemegang saham. Misalnya, pada model ini, informasi yang dikumpulkan
dalam proses konsultasi pemegang saham pekerja, dapat digunakan sebagai suatu
sumber data untuk mengusulkan tentang apa yang mendorongnya bahagia, loyal dan
sebagai pekerja yang produktif, dan sebaliknya apa yang mendorong untuk
keloyalan, kekurangan pemenuhan, dan ketidak produktifan. Kerangka kerja
teoritis etika dapat memperluas dari konsepsi tentang apa yang dibutuhkan untuk suatu kehidupan manusia yang lebih baik
(misal, Nussbaum,1990), untuk pertanyaan yang lebih praktis tentang bagaimana
ukuran produktif, sistem bonus, garis karier, sistem pelatihan, prosedur
pemborosan, penyatuan, gaya manajemen dan sebagainya, mengendalikan rasa
pemenuhan pegawai, loyalitas dan produktifitas, dan lebih jauh lagi bagaimana
pemenuhan, loyalitas dan produktivitas menentukan kreasi nilai jangka panjang (
Reichheld, 1996). Hal itu kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan modifikasi
dan inovasi yang mungkin dalam praktek ketenagakerjaan, nilai dari mana dapat
diukur dalam audit berikutnya.
Menggenalisasikan pengetahuan etika
Hal
penting kedua untuk membuat perhatian kebutuhan pengetahuan mempunyai implikasi
umum diluar kasus khusus dimana hal itu muncul. Yang memunculkan dengan metode
yang dapat dipercaya untuk eksperimen dengan bangunan teori dari satu tantangan
yang mempertemukan etika auditing jika hal itu adalah untuk menciptakan
penegetahaun, tuntutan tantangan yang sama dengan yang lain adalah bahwa hal
itu perlu untuk pindah dari kreasi dari pengetahuan tentang kasus khusus yang
memperdulikan perusahaan-perusahaan khusus dan pemegang sahamnya untuk
pengetahuan tentang praktek perusahaan secara umum. Hal itu pasti baik untuk
perusahaan yang sedang belajar tentang bagaimana menyumbangkan kehidupan yang
lebih baik untuk pemegang sahamnya, tetapi nyata untuk etika auditing adalah
jika hal itu dapat menciptakan pengetahuan etika umum tentang
perusahaan-perusahaan dan pemegang sahamnya dimana dapat menyediakan suatu
dasar untuk transformasi masyarakat, dibandingkan hanya untuk satu perusahaan.
Gagasan
bahwa etika auditing adalah tentang kreasi pengetahuan bukan suatu hal yang
baru. Elemen tertentu dari apakah disarankan adalah tersirat dalam praktek dari etika auditing yang dilaksanakan pada
Bank Sbn. Pendekatan auditing bank, dikembangkan dengan bantuan Peter Pruzan of
Copenhagen Business Scholl, adalah berorientasi secara kuat tentang
pembelajaran. Seprti Pruzon membuat jelas,” dampak nyata dari etika akunting
dari bank Sbn adalah proses belajar hal itu telah menginvestigasi dan perubahan
signifikan dalam refleksi diri yang telah menyumbangkan pada ( Pruzan
1997,p.65). Seprti pruzan laporkan, dia telah mengobservasi perluasan dari
daftar dari konsep yang digunakan, dan integrasinya dalam hidup sehari-hari
pada bank. Hal itu tentu kabar baik jika urutan kata-kata yang berulang-ulang
dari proses audit etika pada bank sbn telah mendorong pada kreasi dari
pengetahuan yang meningkat secara substansial tentang hubungan bank dengan
pemegang sahamnya dan dampaknya pada kemampuan untuk menghidupkan hidup yang
baik, tetapi saya ingin menyarankan bahwa tantangan berikutnya adalah untuk
mencari meningkatkan dari kasus ini
untuk membolehkan kreasi pengetahuan yang lebih luas yang akan membantu
bank secara umum, dan perusahaan secara luas lebih mengembangkan sumbangannya
pada kreasi dari masyarakat yang baik.
Sebelum
menyimpulkan pembahasan tentang kerja yang baik dari Pruzan saya akan mencatat
satu perbedaan penting antara pendekatan Pruzan dan pendekatan aliran
Aristotelian yang didukung disini, memperhatikan konsepsi dari etika yang digunakan, Pruzan
membuat kegunaan dari suatu pendekatan pada etika yang berdasarkan pada
percakapan dan persetujuan. Baginya
”suatu keputusan adalah etika jika semua
bagian dipengaruhi oleh hal yang memberikan persetujuan” (Pruzan,
1997,p.67). Disini adalah kebanyakan untuk dikatakan bagi percakapan dan
persetujuan sebagai prinsip peratuaran untuk bisnis, dan ada suatu tempat
penting baginya dalam kerangka kerja etika teori aristoteles. Tetapi pendekatan
teori aristoleles memerlukan sesuatu yang agak lebih. Disana ada secara luas
melihat etika pada dua jalan; pertama adalah prosedural, yang lainnya adalah
substantif (Taylor 1994). Kebanyakan filosofi moral sejak pencerahan telah
menjadi prosedural-hal itu telah mencari untuk menciptakan prosedural dalam pembuatan
keputusam, tanpa mengatakan sesuatu tentang substansi dari keputusan mereka
sendiri: jika prosedur tersebut adalah benar, kemudian keputusan tersebut
dipertimbangkan etika. Pendekatan teori aristoteles pada sisi yang lain adalah
suatu hal yang substansi – hal itu tentang membangun pengetahuan etika tentang substansi dari keputusan etika.
Sebelum
menyetujui dengan Pruzan bahwa suatu keputusan etika, teori aristolteles ingin
mengatakan sesuatu tentang isi dari
keputusan tersebut. Satu tempat dimana perbedaan ini menunjukan dirinya adalah bahwa
teori aristoteles akan berpendapat bahwa ”orang-orang
kadang-kadang menyetujui pada keputusan dimana keputusan itu buruk untuk
dirinya”. Suatu ambisi manajer
muda dengan anak kecil mungkin menyetujui untuk bekerja 60 jam perminggu,
tetapi teori aristoteles akan bertanya apakah ia bijaksana untuk melakukan itu
juga. Sementara hal itu adalah baik bahwa orang-orang menyetujui pada keputusan
untuk mempengaruhinya, hal itu masih
lebih baik jika mereka meyetuji pada keputusan bijaksana. Untuk meyakinkan bahwa suatu keputusan adalah
tidak buruk untuk anda, anda perlu mempunyai pengetahuan apakah baik untuk
anda, dan seperti saya berpendapat pada
permulaan paper ini, pandangan teori aristoteles adalah bukan hanya suatu
pendapat (seperti emosi yang akan dipunyainya), atau bukan suatu hal dari
spekulaisi empiris, tetapi berarti suatu hal dari pengetahuan empiris tentang apa yang membuat hidup bagus. Teori
aristoteles tentang etika auditing dapat membantu kita dengan perusahaan dan
pemegang saham untuk membangun
pengetahuan ini.
Mendirikan suatu masyarakat penyelidikan
Suatu
unsur penting dari keberhasilan ilmu alam sebagai pengetahuan yang
membangun perusahaan telah menjadi
kemampuannya untuk melembagakan penyelidikan empiris dalam bentuk laboratorium,
jurnal, konferensi, buku teks, teori dan metode eksperimental dan sebagainya.
Jika etika auditing adalah untuk membangun pengetahuan etika empiris, hal itu
akan mempunyai manfaat untuk
mendirikan masyarakat penyelidikan yang di lembagakan sejenis.
Suatu awal yang menarik telah dibuat dengan kreasi dari lembaga sosial dan
etika accountability. Kebetulan beban perlu tidak jatuh pada etika auditing itu
sendiri. Di Inggris sekarang ini ada konsumen dan konsumen baru; kelompok
peneliti investor seperti EIRIS dan
PIRC; LSM-LSM seperti Fair Trade and New Economic Foundation, proyek kolektif
seperti the ethical Trading Intiative, juga sejumlah konsultan , para
teoritis manajemen akademis dan penganut
etika bisnis yang telah memilih untuk metodology empiris. Etika Auditing dapat
menyediakan perekat dimana membawa organisasi
terpisah bersama dalam suatu masyarakat penyelidikan.
Pengetahuan lingkungan
Sebelum
menyimpulkan pengetahuan lingkungan adalah bermanfaat menggambarkan sesuatu
yang berlawanan antara kreasi pengetahuan etika dan pertumbuhan dari
pengetahuan tentang hubungan antara kegiatan
dan lingkungan pada 20 tahun terakhir. Tidak sama dengan etika, disana
ada sesuatu kekuatiran bahwa lingkungan adalah subyek layak untuk penyelidikan
empiris. Sementara penganut teori motivasi berpendapat bahwa pengetahuan dari
manusia yang baik adalah tidak mungkin, mereka bahagia dengan gagasan bahwa
kita dapat menemukan pada yang baik untuk lingkungan. Sementara para filsuf
berpendapat pengetahuan dari manusia yang baik adalah suatu hak dari metafisika
yang diteorikan, mereka bahagia untuk meninggalkan lingkungan yang baik pada ilmu pengetahuan fisik. Pada
awal tahun 1970-an, kami telah mempunyai pemahaman yang agak dasar tentang
hubungan diantara kegiatan komersial dan
lingkungan, saat ini kami mempunyai serangkaian bidang yang dikhususkan dari
pengetahuan praktis. Dibandingkan dengan topik yang berkaitan yang tidak
berbentuk disebut lingkungan ;
perusahaan sedang belajar pada yang berkenaan dengan : produktivitas energi
bahan (termasuk energi yang dapat diperbaharui, pendingin pasif, motor efisien,
”jendela hebat”, ” mobil super hebat”, pasar megawatt dan lainnya); efisiensi
bahan (termasuk efisiensi air, tempat pengkuburan analisa produk, daur ulang,
penyewaan kimia dan lain sebagainya); efisiensi transportasi; air, udara, dan
polusi udara, polusi yang mengijinkan pasar, perpajakan lingkungan, dan daftar seterusnya (Von Weizacker at al.,
1997). Kami telah membuat bidang tehnologi yang dapat dipertimbangkan dan
kemajukan kebijakan dalam mengidentifikasi pemecahan masalah, dan kami sedang
memulai untuk membujuk pemasaran keuangan untuk melihat lingkungan yang baik
sebagai pengendali kreasi nilai pemegang saham jangka panjang (Schmiddheyny dan
Zorraquin, 1996; Blumberg et al., 1997). Sementara itu ada beberapa perbedaan
diantara yang mempelajari apa yang baik untuk lingkungan dan apa yang baik
untuk manusia, teori Aristoteles akan berpendapat bahwa adanya hal yang sejenis
yang dapat dipertimbangkan. Jika pendekatan empiris bekerja dalam kasus
lingkungan, mereka melihat tidak ada alasan mendasar mengapa pendekatan yang
dimodifikasi yang sesuai tidak dapat bekerja untuk manusia yang baik dan akan
mengharapkan keuntungan sejenis untuk dipunyai dari sesuatu pekerjaan semacam
itu.
referensi :
Ethical Auditing
And Ethical Knowledge, Etika Auditing
Dan Pengetahuan Yang Etis, Oleh : Craig
Mackenzie